Laman

"Kalimantan itu Milik Dayak!" Tegas Drs. Cornelis, MH

Gubernur Kalimantan Barat Drs. Cornelis, MH memberikan keterangan Pers kepada Media Cetak dan elektronik terkait proses evakuasi Anggota GAFATAR dari Kelimantan Barat, di Pontianak, Rabu (27/1/2016).

PONTIANAK – Gubernur Kalimantan Barat Drs. Cornelis, MH menghimbau kepada Kepala Desa, Camat, dan Bupati serta Walikota agar menjalankan undang-undang kependudukan terutama proses administrasi pindahnya seseorang ke wilayah tertentu di Kalimantan Barat, sehingga seseorang atau kelompok orang yang pindah benar-benar jelas status dan latar belakangnya.

“Kita mengimbau kepada Pemerintah Desa sampai Kabupaten/kota jika mengurus perpindahan penduduk ke Kalimantan Barat harus sesuai dengan Undang-Undang Kependudukan yakni UU nomor 24 Tahun 2013. Nah, di situ ada prosedur mengatur bagaimana seseorang atau keluarga itu kalau masuk ke wilayah lain, misalnya dari Jawa ke Kalbar itu ada aturan mainnya, harus melalui kroscek ke daerah asalnya,” ujar Cornelis, usai memimpin Rapat Koordinasi bersama Kepala Desa, Camat, Bupati dan Walikota se Kalimantan Barat di Balai Petitih, Kantor Gubernur Kalimantan Barat, Rabu (27/1/2016).

Hal ini menurut Cornelis, mengantisipasi stabilitas keamanan di Kalimantan Barat dengan datangnya penduduk yang baru namun menyimpang dari aturan-aturan sosial kemasyarakatan yang ada dan bahkan mengancam ideologi negara.

Cornelis menegaskan harus ada antisipasi bagi penyimpangan terhadap aturan kependudukan yang sudah ada, masyarakat yang baru datang begitu mudah tanpa proses, dan kroscek ke daerah asal, namun dikeluarkan identitas baru di Kalimantan Barat.

Kalimantan Barat menurut Cornelis, saat ini menjadi incaran seluruh masyarakat dunia karena transportasi sudah lancar, hasil alam yang menjanjikan untuk kebutuhan hidup, dan akses dari berbagai penjuru mudah. “Apalagi masyarakat Kalimantan Barat sendiri dengan begitu mudah menjual tanahnya, dan begitu ramah menerima orang yang tidak dikenal sekalipun. Dirinya tidak melarang siapapun datang ke Kalbar, namun orang yang benar-benar mau hidup, bukan membawa ideologi diluar Pancasila,’ tukasnya.
=============================

Terkait GAFATAR, mantan Bupati Landak itu meminta seluruh pemimpin wilayah di Kalimantan Barat baik itu Kepala Desa sampai Bupati dan Walikota untuk mengecek kembali wilayahnya, apakah masih ada anggota organisasi yang belakangan membuat heboh publik itu. “Kita minta Kepala Desa, Camat, Lurah mengecek kembali ke daerah asalnya, kalau memang dia (seseorang) pindah, jika ragu-ragu jangan diterima dan segera dievakuasi, jika datang lagi namun tidak sesuai aturan kependudukan maka dipulangkan lagi,” ujar Cornelis.

Terkait adanya isu bahwa Gafatar akan membuat negara dalam negara, Cornelis mengatakan bahwa dokumen-dokumennya sudah diserahkan kepada aparat berwenang, Cornelis menyarankan kepada wartawan untuk langsung mengecek kepada instansi berwenang. Jikapun ada petisi Gafatar mau menggugat, Cornelis mengaku siap, karena dirinya menjalankan tugas sesuai undang-undang dan mempertahankan hak dan kedaulatan masyarakat Kalimantan Barat.

“Kalimantan itu milik Dayak, kita bergabung Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 dan secara resmi lima tahun setelahnya karena bargaining Ideologi Pancasila dengan Presiden Sukarno. Kita masing-masing sudah punya pulau, tapi karena sudah bergabung dengan negara Indonesia siapapun boleh bertempat tinggal di sini tapi aturan kependudukan dipatuhi dan harus tertib hukum, jangan semaunya sendiri, ” tegas Cornelis.

Seperti diberitakan sebelumnya, Anggota Gafatar yang berhasil diidentifikasi telah dievakuasi ke daerah asal mereka menggunakan Kapal TNI AL, Pesawat Terbang, mencapai ribuan orang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak. Pemulangan dengan pembiayaan dari Anggaran Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat yang mencapai Rp.5 miliar.

_________________________________________ 

sumberinfo; okezone..com, liputan6..com, cnnindonesia..com 

Sejarah Pulau Kalimantan (Borneo)

Dalam Postingan saya ini ada 2 versi Sejarah Kalimantan/Borneo. Tetapi pada dasarnya tidaklah jauh berbeda, sengaja saya posting 2 versi disini agar Sejarah Kalimantan kita ini tidak rancu, akan lebih lengkap dan jelas oleh kelebihan & kekurangan dari setiap versi dibawah ini.

================================

Versi 1


Kalimantan berasal dari nama klamantan sejenis buah sagu yang dikonumsi penduduk di utara pulau ini. Menurut dari C.Hosedan Mac Dougall, nama "Kalimantan" berasal dari 6 golongan suku-suku setempat yakni Dayak Laut (Iban), Kayan, Kenya, Klemantan, Munut, dn Punan. 

Dalam karangannya, Natural Man, a Record from Borneo (1926), C Hose menjelaskan bahwa Klemantan adalah nama baru yang digunakn oleh bangsa Melayu. Namun menurut Slamet ljana, kata Kalimantan bukan kata Melayu asli tapi kata pinzaman sebagai halnya kata Malaya, melayu yang berasal dari India (malaya yang berarti gunung). Kalimantan atau Klemantan berasal dari bahasa Sanksekerta, Kalamanthana yaitu pulau yang udaranya sangat panas atau membakar (kal[a]: musim, waktu dan manthan[a]: membakar). Karena vokal "a" pada kala dan manthana menurut kebiasaan tidak diucapkan, maka Kalamanthana diucap Kalmantan yang kemudian disebut penduduk asli Klemantan atau Quallamontan yang akhirnya diturunkan menjadi Kalimantan. 

Terdapat tiga kerajaan besar (induk) di pulau ini yaitu Borneo (Brunei/Barune), Succadana (Tanjungpura/Bakulapura), dan Banjarmasinn (Nusa Kencana). Penduduk kawasan timur pulau ini menyebutnya Pulu K'lemantan, orang Italia mengenalnya Calemantan dan orang Ukraina : Калімантан. Jika ditilik dari bahasa Jawa, nama Kalimantan dapat berarti "Sungai Intan". 

Sepanjang sejarahnya, Kalimantan juga dikenal dengan nama-nama yang lain. Kerajaan Singasari, misalnya, menyebutnya "Bakulapura" yaitu jajahannya yang berada di barat daya Kalimantan. Bakula dalam bahasa Sanskerta artinya pohon tanjung (mismusops alengi) sehingga Bakulapura mendapat nama Melayu menjadi "Tanjungpura" artinya negeri/pulau pohon tanjung yaitu nama kerajaan Tanjungpura yang sering dipakai sebagai nama pulaunya. Sementara Kerajaan Majapahit di dalam Kakawin Nagara Kretagama yang ditulis tahun 1365 menyebutnya "Tanjungnagara" yang juga mencakup pula Filipina seperti Saludung (Manila) dan Kepulauan Sulu.

Hikayat Banjar sebuah kronik kuno dari Kalimantan Selatan yang bab terakhirnya ditulis pada tahun 1663, tetapi naskah Hikayat Banjar ini sendiri berasal dari naskah dengan teks bahasa Melayu yang lebih kuno pada masa kerajaan Hindu, di dalamnya menyebut Pulau Kalimantan dengan nama Melayu yaitu pulau "Hujung Tanah". Sebutan Hujung Tanah ini muncul berdasarkan bentuk geomorfologi wilayah Kalimantan Selatan pada zaman dahulu kala yang berbentuk sebuah semenanjung yang terbentuk dari deretan Pegunungan Meratus yang menjorok ke laut Jawa. Keadaan ini identik dengan bentuk bagian ujung dari Semenanjung Malaka yaitu Negeri Johor yang sering disebut "Ujung Tanah" dalam naskah-naskah Kuno Melayu. Semenanjung Hujung Tanah inilah yang bersetentangan dengan wilayah Majapahit di Jawa Timur sehingga kemudian mendapat nama Tanjungnagara artinya pulau yang berbentuk tanjung/semenanjung.

Sebutan "Nusa Kencana" adalah sebutan pulau Kalimantan dalam naskah-naskah Jawa Kuno seperti tentang Ramalan Prabu Jayabaya pada masa akhir Majapahit mengenai akan dikuasai Tanah Jawa oleh bangsa Jepang yang datang dari arah Nusa Kencana sebutan untuk wilayah yang sekarang menjadi provinsi Kalimantan Selatan, karena terbukti sebelum menyeberang ke Jawa, tentara Jepang terlebih dahulu menguasai ibukota Kalimantan saat itu yaitu Banjarmasin. Nusa Kencana sering pula digambarkan sebagai Tanah Sabrang yaitu sebagai perwujudan Negeri Alengka yang primitif tempat tinggal para raksasa di seberang Tanah Jawa. Di Tanah Sabrang inilah terdapat Tanah Dayak yang disebutkan dalam Serat Maha Parwa.

Sebutan-sebutan yang lain antara lain: "Pulau Banjar" , Raden Paku (kelak dikenal sebagai Sunan Giri) diriwayatkan pernah menyebarkan Islam ke Pulau Banjar, demikian pula sebutan oleh orang Gowa, Selaparang (Lombok), Sumbawa dan Bima karena kerajaan-kerajaan ini memiliki hubungan bilateral dengan Kesultanan Banjar; "Jawa Besar" sebutan dari Marcopolo penjelajah dari Italia atau dalam bahasa Arab; dan "Jaba Daje" artinya "Jawa di Utara (dari pulau Madura) sebutan suku Madura terhadap pulau Kalimantan baru pada abad ke-20.



Sejarah Pembagian Sub-Kalimantan

Pulau Kalimantan berada di tengah-tengah Asia Tenggara karena itu pulau ini banyak mendapat pengaruh budaya dan politik dari pulau-pulau sekitarnya. Sekitar tahun 400 pulau Kalimantan telah memasuki zaman sejarah dengan ditemukan prasasti Yupa peninggalan Kerajaan Kutai tetapi perkembangan kemajuan peradaban relatif lebih lambat dibandingkan pulau lain karena kendala geografis dan penduduk yang sedikit.

Pada abad ke-14 Odorico da Pordenone, seorang rahib Katolik telah mengunjungi Kalimantan. Sekitar tahun 1362 Majapahit dibawah pimpinan Patih Gajah Mada melakukan perluasan kekuasaannya ke pulau Kalimantan, yaitu negeri-negeri : Kapuas-Katingan, Sampit, Kota Ungga, Kota Waringin, Sambas, Lawai, Kadandangan, Landa, Samadang, Tirem, Sedu, Barune, Kalka, Saludung (Maynila), Solot, Pasir, Barito, Sawaku, Tabalong, Tanjung Kutei dan Malano tetap yang terpenting di pulau Tanjungpura. 

Pulau Kalimantan dahulu terbagi menjadi 3 wilayah kerajaan besar: Brunei, Sukadana/Tanjungpura dan Banjarmasin. Tanjung Dato adalah batas wilayah Brunei dengan Sukadana/Tanjungpura, sedangkan Tanjung Sambar batas wilayah Sukadana/Tanjungpura dengan wilayah Banjarmasin. 

Di zaman Hindia-Belanda, Kalimantan dikenal sebagai Borneo. Ini tidak berarti nama Kalimantan tidak dikenal. Dalam surat-surat Pangeran Tamjidillah dari Kerajaan Banjar pada tahun 1857 kepada pihak Residen Belanda di Banjarmasin ia menyebutkan pulau Kalimantan, tidak pulau Borneo. Ini menunjukkan bahwa di kalangan penduduk, nama Kalimantan lebih dikenal dari pada nama Borneo yang dipakai dalam administrasi pemerintahan kolonial Hindia Belanda.

Sebelum tahun 1900, Kalimantan terdiri atas beberapa negara swapraja, kemudian negara Tayan dan Meliau dibentuk 1909, Pinoh tahun 1913 dan Semitau 1916. Nama Kalimantan kembali mulai populer pada sekitar tahun 1940-an. pada tahun 1936 ditetapkan Ordonantie pembentukan Gouvernementen Sumatra, Borneo en de Groote-Oost (Stbld. 1936/68). Borneo Barat menjadi daerah Karesidenan dan sebagai Gouvernementen Sumatra, Borneo en de Groote-Oost yang pusat pemerintahannya adalah Banjarmasin. Dua tahun kemudian, Gouvernementen van Borneo dibagi dua. Yakni Residente Zuideen en Oosterafdeling van Borneo dengan ibukota Banjarmasin dan Residente Westerafdeling dengan ibukotanya Pontianak. Pada tahun 1938, Hindia Belanda mendirikan tiga provinsi atas eilandgewest yaitu Sumatera beribukota di Medan, Borneo beribukota di Banjarmasin, dan Timur Besar beribukota di Makassar. Tiap-tiap Residente dikepalai seorang Resident dengan Besluit Gouverneur van Borneo tertanggal 10 Mei 1939 No.BB/A-I/3/Bijblad No. 14239 dan No.14239 a) Residensi Kalimantan Barat dibagi menjadi empat afdeling dan 13 onder afdeling. 

Pada tanggal 13 Februari 1942 Sakaguchi Detachment menduduki kota Banjarmasin. Tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, dimana Borneo-Belanda termasuk salah satu propinsi dari Republik Indonesia. Tanggal 9 Nopember 1945 Rakyat Kalimantan (Banjarmasin) mengadakan pemberontakan terhadap pemerintahan yang legal dengan bergerilya di pedalaman dan berhasil menggagalkan rencana Belanda untuk mendirikan Negara Kalimantan. Setelah mengambil alih Kalimantan dari tangan Jepang, NICA mendesak kaum Federal Kalimantan untuk segera mendirikan Negara Kalimantan menyusul Negara Indonesia Timur yang telah berdiri. Maka dibentuklah Dewan Kalimantan Barat tanggal 28 Oktober 1946, yang menjadi Daerah Istimewa Kalimantan Barat pada tanggal 27 Mei 1947; dengan Kepala Daerah, Sultan Hamid II dari Kesultanan Pontianak dengan pangkat Mayor Jenderal. Wilayahnya terdiri atas 13 kerajaan sebagai swapraja seperti pada zaman Hindia Belanda yaitu Sambas, Pontianak, Mempawah, Landak, Kubu, Tayan, Meliau, Sekadau, Sintang, Selimbau, Simpang, Sukadana dan Matan.

Dewan Dayak Besar dibentuk tanggal 7 Desember 1946, dan selanjutnya tanggal 8 Januari 1947 dibentuk Dewan Pagatan, Dewan Pulau Laut dan Dewan Cantung Sampanahan yang bergabung menjadi Federasi Kalimantan Tenggara. Kemudian tanggal 18 Februari 1947 dibentuk Dewan Pasir dan Federasi Kalimantan Timur, yang akhirnya pada tanggal 26 Agustus 1947 bergabung menjadi Dewan Kalimantan Timur. Selanjutnya Daerah Kalimantan Timur menjadi Daerah Istimewa Kalimantan Timur dengan Kepala Daerah, Sultan Aji Muhammad Parikesit dari Kesultanan Kutai dengan pangkat Kolonel. Daerah Banjar yang sudah terjepit daerah federal akhirnya dibentuk Dewan Banjar tanggal 14 Januari 1948.

Gubernur Kalimantan dalam pemerintahan "Pemerintah RI" di Yogyakarta, yaitu Pangeran Muhammad Noor, mengirim Cilik Riwut dan Hasan Basry dalam misi perjuangan mempertahankan kemerdekaan untuk menghadapi kekuatan NICA. Pada tanggal 17 Mei 1949, Letkol Hasan Basry selaku Gubernur Tentara ALRI Wilayah IV Pertahanan Kalimantan memproklamirkan sebuah Proklamasi Kalimantan yang isinya bahwa "Kalimantan" tetap sebagai bagian tak terpisahkan dari Negara Republik Indonesia yang telah diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Pemerintah Gubernur Militer ini merupakan upaya tandingan terhadap terbentuknya Dewan Banjar yang didirikan Belanda.

Di masa Republik Indonesia Serikat, Kalimantan menjadi beberapa satuan-kenegaraan yaitu: Daerah Istimewa Kalimantan Barat dengan ibukota Pontianak, Federasi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda, Dayak Besar dengan ibukota sementara Banjarmasin, Daerah Banjar dengan ibukota Banjarmasin, Federasi Kalimantan Tenggara dengan ibukota Kotabaru.

Sejak tahun 1938, Borneo-Hindia Belanda (Kalimantan) merupakan satu kesatuan daerah administratif di bawah seorang gubernur, yang berkedudukan di Banjarmasin, dan memiliki wakil di Volksrad.

Pembentukan kembali provinsi Kalimantan tanggal 14 Agustus 1950 sesudah bubarnya RIS, diperingati sebagai Hari Jadi Provinsi Kalimantan Selatan (dahulu bernama provinsi Kalimantan, salah satu provinsi pertama). Hingga tahun 1956 Kalimantan dibagi menjadi 3 provinsi, yaitu Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat. Selanjutnya pada tanggal 23 Mei 1957, secara resmi terbentuklah propinsi Kalimantan Tengah yang sebelumnya bernama Daerah Dayak Besar sebagai bentuk pemisahan diri dari Kalimantan Selatan, berdiri menjadi provinsi ke-17 yang independen.

Kemudian dalam Konfrontasi Indonesia-Malaysia, Kalimantan merupakan lokasi utama dalam peristiwa Konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia pada tahun 1962 dan 1966. 



Letak Geografis

Pulau Kalimantan terletak di sebelah utara pulau Jawa, sebelah timur Selat Melaka, sebelah barat pulau Sulawesi dan sebelah selatan Filipina. Luas pulau Kalimantan adalah 743.330 km².

Pulau Kalimantan dikelilingi oleh Laut Cina Selatan di bagian barat dan utara-barat, Laut Sulu di utara-timur, Laut Sulawesi dan Selat Makassar di timur serta Laut Jawa dan Selat Karimata di bagian selatan. 

Gunung Kinabalu (4095 m) yang terletak di Sabah, Malaysia ialah lokasi tertinggi di Kalimantan. Selain itu terdapat pula Gunung Palung, Gunung Lumut, dan Gunung Liangpran. 

Sungai-sungai terpanjang di Kalimantan adalah Sungai Kapuas (1143 km) di Kalimantan Barat, Indonesia, Sungai Barito (880 km) di Kalimantan Tengah, Indonesia, Sungai Mahakam (980 km) di Kalimantan Timur, Indonesia, Sungai Rajang (562,5 km) di Serawak, Malaysia. 

Jalan Nasional RI di Kalimantan sepanjang ±6.075,97 km (Data tahun 2001) yang secara umum dengan kondisi mantap baru mencapai 77%. 



Sumber Daya Alam

Kalimantan memiliki hutan yang lebat. Namun, wilayah hutan itu semakin berkurang akibat maraknya aksi penebangan pohon. Hutan Kalimantan ialah habitat alami bagi hewan orang utan, gajah borneo, badak borneo, landak, rusa, tapir dan beberapa spesies yang terancam punah. 

Karena kekayaan alamnya, wilayah Kalimantan Indonesia merupakan salah satu dari enam koridor ekonomi yang dicanangkan pemerintah Republik Indonesia dimana Kalimantan ditetapkan sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional di Indonesia. 

Dengan jumlah penduduk yang hanya 5,6% persen dari total penduduk nasional RI, Kalimantan-Indonesia memberi kontribusi sebesar 9,3% terhadap PDB nasional RI yang dihasilkan dari kekayaan alamnya. Sementara daerah lain, porsi sumbangannya terhadap PDB nasional hampir sama atau kurang dari porsi prosentase jumlah penduduknya terhadap nasional.

Porsi investasi di Kalimantan terhadap total investasi nasional RI yang hanya 0,6%. Hal ini amat kontras dengan porsi investasi yang tertanam di Jawa yang besarnya mencapai 72,3% dari total investasi secara nasional. Ini jelas mengisyaratkan bahwa Kalimantan adalah daerah yang terancam tidak berkembang secara ekonomi karena sebagian besar pendapatan yang dihasilkan di daerah ini dibawa ke pulau Jawa. 

================================

================================

versi 2 


Pulau Borneo (Kalimantan) merupakan pulau ketiga terbesar di dunia setelah Pulau Greenland dan Pulau Papua. Luas keseluruhan Pulau Borneo adalah 736.000 KM 2. Pulau Borneo terdapat juga lintasan pegunungan di sebelah timur laut dengan gunung tertinggi adalah Gunung Kinabalu dengan puncak setinggi 4.175 M. Pulau ini beriklim tropis basah dengan suhu rata-rata 24-25 derajat celcius dan dilewati oleh garis khatulistiwa.

Diketahui bahwa bangsa asing sudah berhubungan dengan penduduk di Pulau Borneo ini sejak sekitar abad ke-1 M. Berdasarkan peninggalan-peninggalan artefak sejarah yang sempat ditemukan, bahwa artefak yang paling tua yang ditemukan di Pulau Borneo ini adalah artefak dari Kerajaan Kutai yaitu dari masa abad ke-4 M yang beraliran hindu, terletak di pesisir timur dari pulau ini. Bahkan berdasarkan temuan artefak sejarah ini, bahwa artefak Kerajaan Kutai adalah temuan artefak yang tertua di Nusantara ini. Pada abad ke-8 M Kerajaan Sriwijaya pernah berpengaruh di sepanjang pesisir barat Pulau Borneo ini dan pada abad ke-14 M Kerajaan Majapahit berpengaruh hampir di seluruh Pulau ini.
Pada awal abad ke-16 M orang-orang eropa mulai berdatangan di Pulau Borneo ini. Berdasarkan catatan orang eropa disebutkan bahwa orang eropa pertama yang mendatangi Pulau Borneo ini adalah orang Italia yang bernama Ludovico de Verthana yaitu pada tahun 1507 M yang kemudian dilanjutkan dengan orang Portugis yang bernama Laurenco de Gomez pada tahun 1518 M terus disusul oleh orang Spanyol yang bernama Ferdinand Magellen pada tahun 1519  M yaitu dalam perjalanan mengelilingi dunia. Baru kemudian disusul dengan Belanda, Inggris dan Prancis. Dari orang-orang Eropa inilah kemudian nama Borneo di kenal sejak abad ke-15 M. Nama Borneo itu berasal dari nama pohon Borneol {bahasa Latin: Dryobalanops camphora) yang mengandung (C10H17.OH) terpetin, bahan untuk antiseptik atau dipergunakan untuk minyak wangi dan kamper, kayu kamper yang banyak tumbuh di Kalimantan. Kemudian oleh para pedagang dari Eropa disebut pulau Borneo atau pulau penghasil borneol. Dari sebutan orang-orang eropa itu terhadap nama Kerajaan Brunei, karena saat itu Kerajaan Brunei merupakan Kerajaan yang paling dominan / terbesar di pulau ini sehingga setiap orang asing yang datang di Pulau ini, akan mengunjungi Kerajaan Brunei.  Sehingga kemudian nama Brunei menjadi ikon bagi pulau ini yang kemudian dipelatkan oleh lidah orang eropa menjadi Borneo yang kemudian terus dipakai hingga ke masa pendudukan kolonial Belanda yaitu “ Pulau Borneo “.
Pada tanggal 7 Juli 1607 Ekspedisi Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin, tetapi seluruh ABK dibunuh penduduk sebagai pembalasan atas perampasan oleh VOC terhadap dua jung Banjar yang berlabuh di Banten tahun 1595. Pada tahun 1612 di masa Sultan Mustain Billah, Belanda datang ke Banjarmasin untuk menghukum Kesultanan Banjarmasin atas insiden 1607 dan menembak hancur Banjar Lama (kampung Keraton) di Kuin, sehingga ibukota kerajaan Banjar dipindahkan dari Banjarmasin ke Martapura. Berdasarkan dokumen yang ada bahwa perjanjian tertulis pertama antara orang eropa dengan penduduk Pulau Borneo di lakukan pada tahun 1609 M yaitu perjanjian perdagangan antara perusahaan dagang Belanda yaitu VOC dengan Raja Panembahan Sambas yaitu Ratu Sapudak. Walaupun kemudian bahwa hubungan perdagangan antara kedua belah pihak ini tidak berkembang. Perjanjian kesepakatan VOC yang kedua dengan Kerajaan di Pulau Borneo ini adalah dengan Kesultanan Banjarmasin yang ditandatangani pada tahun 4 September 1635 di masa Sultan Inayatullah. Isi kontrak itu, antara lain, bahwa selain mengenai pembelian lada dan tentang bea cukai, VOC juga akan membantu kesultanan Banjar untuk menghadapi serangan dari luar. Aktivitas VOC kemudian lebih berkembang di sebelah timur dibandingkan dengan sebelah barat Pulau Borneo yaitu karena sebelah timur Pulau Borneo berhampiran dengan pusat lada dunia yaitu Kepulauan Maluku. 

================================

referensi:

http://tapakc.blogspot.co.id/2011/11/sejarah-kalimantan-barat.html?m=1 

http://way4x.wordpress.com/cerita-tanah-leluhur/sejarah-suku-dayak/

http://terbeselung.blogspot.com/2012/02/inilah-sejarah-dan-asal-usul-suku-dayak.html

http://cahayametafisika.wordpress.com/2012/05/05/mengenal-kebudayaan-ilmu-ghoib-suku-dayak/



Gafatar: Jika kami menganut ajaran sesat, sesatnya dimana?

Baru satu bulan merantau di Melawi, Kalimantan Barat, Melki (37) dipaksa kembali ke Jakarta oleh kepolisian setempat. Dia bersama sang istri hanya tahu alasan dipulangkan demi keamanan.

"Saya dan istri langsung berangkat ke Pontianak, Kamis (21/1). Sabtu (23/1) terbang dari Pontianak ke Jakarta. Rumah kontrakan, surat-surat berharga, dan barang-barang lainnya saya tinggalkan begitu saja," cerita Melki kepada wartawan, Senin (25/1).

Melki ikut bergabung dalam kelompok Gafatar antara tahun 2012-2013. Sebelum hijrah ke Kalimantan, dia merantau di Kepulauan Riau. Dia mengaku tak tahu dari mana polisi tahu bahwa dirinya tergabung dalam kelompok Gafatar.

"Kami tidak tahu bagaimana mereka bisa tahu kami ada hubungan sama Gafatar. Kalau memang kami sesat, sesatnya di mana? Saya sholat, puasa, dan mengaji," tutur Melki.

Sejumlah aset barang-barang jualnya (spare part) ditinggalkannya di Melawi. Selain itu lebih dari Rp 1 miliar asetnya disita dan tidak tahu keberadaannya.

"Kami di sana hanya bertani dan berjualan. Tapi kami ditindas. Sekarang kami sudah tidak punya apa-apa, baju hanya sehelai di badan. Kalau begini, siapa yang akan bertanggung jawab?" keluh Melki.

Saat ini, Melki dan keluarganya ditampung di Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Daya Guna 2, Ceger, Cipayung Jakarta Timur. Rencananya para eks Gafatar ini akan dikembalikan ke daerah asalnya sebelum hijrah ke Kalimantan. Namun, hingga saat ini belum diketahui secara jelas sampai kapan mereka akan ditampung di sini.

---------------------------------------

---------------------------------------

Suswati (54) dan suaminya, Subur Wibowo (58), hanya bisa pasrah merenungi nasibnya harus menjalani pendampingan selama beberapa hari di Wisma Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Bayang-bayang tragedi pembakaran kampung di Mempah, Kalimantan Barat, masih terbayang jelas dalam ingatannya.

Dia merangkai kembali penggalan kisah hidupnya saat harus menjual rumah seluas 48 meter persegi untuk bekal hijrah ke Kalimantan. Di sana dia sudah dijanjikan lahan kosong untuk bertani oleh Mahful Muis, pengurus Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

Mahful diketahui memiliki 4,2 hektar lahan di Kalimantan. Empat bulan lalu, berangkatlah Suswati dan suami serta anaknya ke Kalimantan. Uang hasil jual rumah di Jakarta digunakan untuk mengontrak dua rumah dan sewa lahan bertani di Kalimantan.

"Di sana kami hanya bercocok tanam. Pergi ke ladang, bertani awalnya hasilnya lumayan. Menanam jagung, menanam padi. Kami sempat panen jagung selama dua kali dalam empat bulan terakhir," ujar Suswati di Wisma Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Senin (25/1).

Tragedi tak diinginkan terjadi pada 19 Januari 2016. Sejumlah warga mengusir mereka yang dianggap bekas anggota Gafatar. Tidak hanya itu, rumah mereka juga dibakar. Termasuk Suswati yang harus terusir meski rumahnya jauh dari perkampungan mantan anggota Gafatar.

"Saya kaget ada ratusan warga sana dan ratusan polisi datang. Kami disuruh untuk meninggalkan rumah kontrakan dan lahan pertanian kami," ucapnya dengan wajah sedih.

Dia mengetahui bahwa penyebabnya adalah organisasi Gafatar dianggap menyebarkan ajaran sesat. Terlebih, banyak orang meninggalkan rumah setelah gabung dengan organisasi tersebut. Suswati tidak tahu menahu soal Gafatar. Namun dia menepis semua anggapan yang menyebutkan bahwa Gafatar menyebarkan ajaran sesat.

"Tidak betul kalau kami melakukan ajaran sesat. Tidak betul kami dituding beragama silam tapi kami tidak sholat. Tidak pernah lagi kami menganggap bahwa Muhammad Musadeq adalah nabi kami yang terakhir," ungkapnya.

Suswati bersama suaminya dan anak semata wayangnya, Udji Ardiyanto (18) mau tidak mau harus angkat kaki dari Mempawah dan ikut pindah bersama eks anggota Gafatar lainnya. Dia mengaku diancam jika tidak angkat kaki.

"Padahal, tetangga saya yang asli Kalimantan sana malah menangis saat saya pamit. Sampai tetangga saya bilang sambil menangis waktu saya mau meninggalkan rumah dan tanah garapan 'Bude salahnya apa sih cuma ingin bertani kok disalahkan, diusir," kata Suswati menirukan ungkapan tetangganya. 

Dia tidak habis pikir masih diburu banyak orang, padahal Gafatar sudah dibubarkan sejak tahun lalu. Kini Suswati bersama suami dan anaknya harus menjalani pendampingan dan penyadaran sebelum dikembalikan ke keluarganya yang saat ini tinggal di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. 


Sumber: Merdeka.com

"Transmigrasi - Gafatar" di Tanah Dayak

Sejak tahun 2013, ribuan pengikut GAFATAR sudah masuk ke KALIMANTAN secara Diam diam. Tanpa seorangpun yang menyadarinya, DICATAT!
Apa motivasinya? Katanya; bertani. Bertani? Motivasi yang sederhana. Akan tetapi, masuk akalkah? Tidak!
Tanah di pulau Kalimantan tidak cukup subur utk ekspansi dan intensifikasi pertanian, apalagi program nasional KETAHANAN PANGAN. sebagian besar rakyat Kalimantan hari ini bahkan cukup puas dan tergantung dengan BERAS MISKIN yang diimpor Perum BULOG dari Thailand, Vietnam, Myanmar, Laos atau bahkan Singapura.

Terus, alasan lain karena miskin di negeri asal. Emang nya rakyat Kalimantan ini kaya? Fakta, hari ini banyak kabupaten di Kalimantan ini masih statusnya termiskin. Rakyatnya juga miskin! Apakah ingin menambah penduduk miskin di Kalimantan? Motivasi terselubung, pasti!
Indikatornya? Kalimantan ini pulau yang amat luas, penduduknya ±10 juta jiwa tersebar di 5 provinsi. Alamnya sangat kaya, semuanya ada di pulau ini. Minyak, gas, tambang mineral, dan bahkan komoditi internasional.

Banyak diisukan semua kekayaan alam ini belum tergarap karena Tenaga kerja lokal tidak terampil, pengetahuan yang masih kurang, dll. Karena itu, isunya GAFATAR adalah lapangan pekerjaan. Penguasaan lapangan kerja dan penguasaan sumber daya alam di Kalimantan!

Bahkan tahun 2014 pemerintah pusat akan mengirim 4 juta penduduk baru ke Kalimantan melalui proyek TRANSMIGRASI, dan 6.000 KK prajurit TNI AD di sepanjang perbatasan Kalimantan malaysia. Ini tentu berkaitan bila ditinjau dari teori konspirasi. Targetnya, penguasaan politik lokal di Kalimantan. Pilkada serentak 2015, 2017, Pemilu presiden 2019, dan pemilu legislatif 2019, dan klimaks PILKADA serentak 2025!!!

Fakta adalah:
A. 20% penduduk di Kalimantan Barat berasal dari pulau Jawa, dan Kalbar target ring 1.
B. 30% penduduk di Kalimantan Tengah berasal dari pulau jawa, dan kalteng target ring 2.
C. 40% penduduk di Kalimantan timur dan utara berasal dari pulau jawa, dan kaltim dan kaltara target ring 3.
Tahun 2025, semua provinsi target 65%! Inilah mega proyek Indonesianisasi legal di Pulau Kalimantan.
--------------------------------

Tentang Pembangunan (Ekonomi & Infratruktur) Pemerintah Pusat tidak pernah serius untuk membangun & memajukan Kalimantan.
Kalimantan masih mayoritas belum merasakan Merdeka yang sebenarnya.
Secara khusus pembangunan sarana prasarana masyarakat Kalimantan sangat tertinggal.
Namun PemPus terus menerus memasok/mengirim orang dari luar pulau Kalimantan melalui kedok Transmigrasi besar-besaran. Berawal dari kePresidenan Soeharto hingga 2015 Kalimantan selalu menjadi target transmigrasi.

Apa sebenarnya Tujuan positif dari transmigrasi? atau itu bertujuan mengkudeta masyarakat asli Kalimantan?
PemPus tidak pernah/sangat minim  memberikan bantuan kepada warga asli. Tetapi begitu pedulinya kepada Orang-orang yang mereka kirim, diberikan; tanah-rumah-modal usaha-& fasilitas lainnya. tetapi adakah hal itu diberikan kepada warga asli? Mungkin ada, tapi seberapa banyak (kepala keluarga)?
Bandingkan dengan para Trans, berapa total mereka sampai tahun 2016 ini, dan setiap kepala keluarga mendapatkannya (bantuan) nyata dari pemPus.

Hutan Kalimantan sekarang menjadi Perkebunan besar-besaran, menjadi tempat pemukiman trans, dll. Tanah & Hutan Adat Dayak semakin mengecil, sumber penghidupan warga asli pun ikut menipis. Karena Dayak hidup berdampingan dengan alam, alam dijaga karena alam sumber makanan yang berlimpah.

*Apa yang akan terjadi dengan Kalimantan 50 tahun kedepan?
*Apa yang akan terjadi dengan warga asli kalimantan puluhan tahun kelak?
--------------------------------

STOP!!! TRANSMIGRASI, ORMAS ANARKIS, ORMAS AGAMA ALIRAN SESAT, PEMBUKAAN LAHAN PERKEBUNAN (PT).
---------------------------------

MARI JAGA! TANAH ADAT, TANAH LELUHUR, HUTAN KALIMANTAN.

Suku Dayak; "5 Hal yang membuat Dunia Segan"

Suku Dayak adalah salah satu suku paling terkenal di Indonesia. Cara hidup mereka memang jauh berbeda dengan kehidupan masyarakat Indonesia modern. Namun, mereka melakukan itu untuk melestarikan budaya dan jalan hidup yang mereka terima dari leluhur terdahulu.
Banyak sekali cerita ‘seram’ yang kita dengar jika sedang membicarakan suku Dayak. Suku ini bahkan sempat membuat Belanda kalang kabut di masa penjajahan dan membuat serdadu Belanda ‘pulang kampung’, karena tidak kuat menahan hal-hal mistis yang terjadi di sana. 

Berikut ini beberapa hal yang membuat suku Dayak disegani di dunia.

1. Tato
Dayak adalah salah satu suku yang memiliki kultur tato paling tua di dunia. Setiap tato memiliki arti dan makna tersendiri. Semakin banyak tato yang diukir di tubuh seorang pria Dayak, artinya semakin banyak daerah Dayak yang sudah dia kunjungi. Mengunjungi satu daerah Dayak bukanlah hal yang mudah karena harus menempuh perjalanan beratus-ratus kilometer dengan berjalan kaki dan menerobos hutan liar. 
Tato ini sangat terkenal di kalangan para wisatawan asing yang berkunjung ke tanah Borneo. Saking terkenalnya, Anthony Kiedis, vokalis band Red Hot Chilli Peppers pernah datang ke Kalimantan. Vokalis band asal Amerika itu menerobos hutan lebat Kalimantan untuk mendapatkan tato dari suku Dayak asli Kalimantan.


2. Mandau, Parang Mematikan
Mandau adalah semacam parang yang selalu dibawa-bawa oleh pria Dayak. Meskipun sedang tidak ada bahaya atau perang, membawa Mandau memang sudah menjadi kebiasaan dan kewajiban bagi para pria Dayak untuk berjaga-jaga. Meskipun demikian, ada beberapa aturan dalam memakai Mandau. Di antaranya, Mandau tidak boleh digunakan untuk mengancam dan hanya boleh digunakan untuk membela diri.
Mandau juga tidak boleh dikeluarkan sembarangan dari sarungnya. Konon, jika mandau sudah keluar dari sarangnya, mau tidak mau harus ada korban yang tewas. Tidak sedikit saksi mata yang mengatakan bahwa Mandau bisa terbang dan membunuh targetnya begitu saja, karena parang satu ini memang mempunyai kekuatan magis.

3. Ilmu Gaib
Sebelum beberapa agama mulai populer di tanah Borneo, suku dayak memang menganut paham animisne. Mereka menyembah roh-roh leluhur dan melakukan ritual-ritual pemujaan pada roh-roh tersebut. Konon, ilmu gaib orang Kalimantan dikirim melalui median angin atau dikenal dengan ‘racun paser’.
Ketika racun paser telah masuk ke tubuh seseorang, maka orang itu akan mengalami gatal-gatal di seluruh tubuh. Kulitnya akan kering seperti dihisap oleh tulang sendiri. Dan rasa gatal tidak hanya terasa di kulit, namun juga terasa sampai ke tulang-belulang. Ilmu-ilmu yang dikirim lewat media yang kasat mata inilah yang membuat misteri di tanah Borneo semakin kental.

4. Sumpit Beracun
Pada jaman penjajahan, ketika Belanda sudah mengenal teknologi pistol dan peluru, masyarakat Dayak hanya melawan mereka dengan sumpit. Senjata yang digunakan dengan cara ditiup ini memang sudah dikenal beracun dan mematikan. Menurut Pembina Komunitas Tarantang Petak Belanga, Chandra Putra, penjajah Belanda sering bilang menghadapi pasukan hantu, karena kedatangan mereka selalu tiba-tiba dan begitu cepat.
Sumpit beracun memang bisa menaklukkan lawannya dengan cara yang cukup sadis. Biasanya, anak sumpit akan diarahkan ke leher. Begitu tertancap anak sumpit, maka korban akan kejang-kejang hingga tewas. Hal mematikan tersebut terjadi hanya dalam hitungan menit.

5. Pasukan Hantu
Ketika Belanda menjajah Indonesia dan datang ke Kalimantan, mereka ketakutan karena tanah Borneo punya pasukan menakutkan yang mereka sebut dengan ‘The Ghost Warrior’ alias ‘Pasukan Hantu’. Ada yang berteori bahwa pasukan hantu sebenarnya adalah para prajurit suku Dayak, namun ada juga yang mengatakan pasukan hantu adalah ‘Panglima Burung’ yaitu makhluk halus yang sangat dipercayai oleh suku Dayak yang tugasnya melindungi segenap suku Dayak.
Menurut cerita orang-orang Dayak yang hidup di jaman penjajahan, Belanda ketakutan pada suku Dayak karena kemampuan perang mereka. Orang Dayak menyerang penjajah dengan menggunakan sumpit dan mandau, yang jika sudah digunakan, pasti menelan korban nyawa. Sementara jika peluru Belanda mengenai orang Dayak, maka korban akan sembuh dengan bantuan sikerei (dukun) setempat dalam hitungan hari. Itulah yang akhirnya membuat Belanda hengkang dari Bumi Borneo.
Itulah tadi beberapa cerita mistis dari suku Dayak Kalimantan. Memang, ada beberapa cerita mistis yang masih perlu diverifikasi kebenarannya, namun kebanyakan orang yang sudah menginjakkan kaki ke tanah Borneo akan merasakan aura mistis tersebut. Mungkin, untuk membuktikan kebenarannya, Anda perlu datang sendiri ke Borneo.

Gafatar "Alasan Pilih Kalimantan"

Satu di antara warga eks Gafatar, Narko berharap masih bisa kembali ke Mempawah untuk mengambil harta bendanya yang tak sempat dibawa serta saat proses evakuasi dilakukan pada Selasa (19/1/2016) kemarin.

Warga asal Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojekerto, Provinsi Jawa Timur ini mengatakan ia tak sempat membawa satu unit sepada motor dan beberapa lemari plastik serta kasur yang dibelinya saat tiba di Kabupaten Mempawah, Desember 2015 silam.

"Saya harap bisa kembali ke Mempawah dengan bantuan polisi atau TNI agar kami bisa mengambil barang-barang kami di sana. Barangkali nanti akan kami jual untuk tambahan bekal pulang," ujarnya saat di jumpai Tribunpontianak.co.id di tenda darurat yang dibangun di halaman Bekangdam XII/Tpr, Kubu Raya, Kamis (20/1/2016).

Meski masih memiliki rumah di Mojokerto, Narko berharap tetap bisa diterima di Kalbar. Dia ingin melanjutkan proses pengembangan pertanian untuk bersama pemerintah mewujudkan kemandirian pangan.
Saat di singgung apa alasan dipilihnya Kalimantan sebagai lokasi untuk pengembagan pertanian, Narko menjelaskan bahwa Kalbar tidak memiliki gunung berapi dan relatif aman dari ancaman bencana alam seperti gempa dan tsunami.

Hal yang sama juga di sampaikan oleh Doni, warga Kabupaten Bantul, Provinsi DI Yogyakarta. Doni membaa istrinya, Nurul Fitira dan anaknya Andromeda yang baru berusia genap tiga bulan.
Sesaat setelah tiba di lokasi Bekangdam XII/Tpr, Andromeda hanya tidur di tempat tidur darurat tentara di dalam tenda darurat yang disiapkan oleh Kodam XII/Tpr.
"Alhamdulillah sehat saja, saya selimuti anak saya dengan selimut karena cuacanya dingin dan banyak nyamuk," katanya

Doni mengatakan, dia juga tidak mengkehendaki pulang kampung ke Bantul. Dia benar-benar ingin mengembangkan pertanian di Mempawah karena melihat potensinya yang cukup besar karena tanahnya cukup subur.

Sumber: tribunnews

Eks.Gafatar di Kab.Melawi mencapai 370 Jiwa

Polres Melawi telah membentuk tim antiradikal untuk mengantisipasi gerakan eks radikal yang diduga telah berada di Melawi tepatnya di desa Pelempai Jaya, Kecamatan Ella Hilir, Kab.Melawi, Kalimantan Barat. 

“Kita sudah lakukan pendataan di lapangan, diduga orang yang terindikasi eks Gafatar itu ada sekitar 370 jiwa, mereka menetap dalam satu kelompok dan bercocok tanam di sana,” kata Kabag Ops Polres Melawi, Kompol Alfan, Rabu (20/1/2016).

Kabag Ops mengungkapkan, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Pemkab Melawi untuk segera melakukan rapat gabungan dalam menyikapi penanganan eks Gafatar di Melawi.

“Memang kemarin ada rapat dari pemkab, namun itu internal mereka, belum melibatkan kepolisian dan pihak lain,” katanya.
Kata Alfan, dari kepolisian sudah mengambil langkah-langkah seperti himbauan melalui sosialisasi dan selebaran agar masyarakat jangan sampai terprovokasi. Apalagi melakukan tindakan anarkis dalam menyikapi adanya eks Gafatar di Melawi.

“Kalaupun masyarakat mencurigai adanya Gafatar di daerah tempat tinggalnya sampaikan saja kepada pihak terkait atau kepolisian jangan sampai main hakim sendiri. Karena bagaimanapun mereka merupakan warga negara Indonesia yang wajib kita lindungi,” tandasnya.

Sumber: tribunnews